Review Film “Motherhood”
Film ini menceritakan tentang seorang ibu rumah tangga bernama Eliza K. Welch (Uma Thurman) dan mempunyai dua orang anak yaitu Clara (Daisy Tahan) dan Lucas (David dan Matthew Schallipp). Eliza Welch sebenarnya adalah mantan penulis fiksi, namun ia memilih menjadi seorang ibu rumah tangga. Kegiatannya sehari-hari mengurus segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan & keberlangsungan rumah tangga. Dari mengurus makanan, kebersihan, melipat baju, belanja, mengantar jemput anak, mengajak jalan-jalan anak, dan masih banyak lagi, seperti ibu-ibu rumah tangga lainnya. Sementara suaminya, (Anthony Edwards) selalu sibuk dan jarang berada di rumah. Hal ini menumbuhkan sudut pandang yang berbeda terhadap hidup dikarenakan situasi yang kerap menekan.
Suatu hari, menjelang persiapan perayaan ulang tahun anaknya yang ke-6, Eliza menemukan sebuah pengumuman lomba penulisan "motherhood", pendapatnya mengenai “arti menjadi seorang Ibu”, tapi batas terakhir pengumpulannya hanya tinggal menghitung hari. Karena tak bisa benar-benar meninggalkan dunianya, menulis, Eliza lantas memilih menuangkan pikirannya dalam situs miliknya. Disinilah Eliza harus berhadapan dengan berbagai situasi yang serba menekan. Diantara kewajibannya mengurus keluarganya, termasuk kebutuhan ulang tahun anaknya dan keinginannya mencuri waktu untuk menyelesaikan tulisannya.
Eliza harus bisa menyisihkan sedikit waktu untuk menulis di sela-sela kesibukannya merawat kedua anaknya dan itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Suami Eliza sepertinya tak memahami keinginan Eliza ini dan tak berbuat banyak untuk membantu sang istri. Hal ini disebabkan keduanya sama-sama sibuk dan jarang memiliki waktu untuk bersama, berkomunikasi, sehingga sempat menimbulkan kesalahpahaman di antara keduanya. Di sisi lain, meskipun tak merasa keberatan dengan tugasnya sebagai ibu, Eliza merasa bahwa ia butuh sebuah pengakuan tentang keberadaannya sebagai manusia.
Eliza tak sadar bahwa sebenarnya yang ia perlukan hanyalah melihat ke dalam dirinya dan menentukan apa yang sebenarnya sangat berarti buat dirinya. Akhirnya, saat Eliza bersiap untuk mendefinisikan arti menjadi ibu, ia baru tersadar bahwa selama ini ia telah memiliki segalanya, suami yang mencintainya, dua anak yang sangat ia sayangi. Dan itulah yang ia perlukan untuk mendefinisikan arti menjadi seorang ibu.
Usia Dewasa Tengah
Di masa dewasa tengah, sebuah tantangan penting adalah untuk mengembangkan perhatian yang tulus untuk kesejahteraan generasi masa depan dan untuk berkontribusi pada dunia melalui keluarga dan pekerjaan.
Di masa dewasa tengah, menurut Erikson, masalah ini secara generatif (komitmen untuk dan merawat generasi berikutnya) vs stagnasi. Usia dewasa tengah (35-60) umumnya adalah tahap yang paling kuat dalam kehidupan dalam hal kapasitas produktif, mempengaruhi orang lain dan dampaknya terhadap masyarakat secara umum.
Melalui generativitas, orang dewasa mempromosikan dan membimbing generasi berikutnya melalui aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orang tua (parenting), memimpin, mengajar dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat (Mc Adams, 1990). Orang dewasa generatif mengembangkan warissan diri yang posif dan kemudian memberikannya sebagai hadiah pada generasi berikutnya. Orang dewasa tengah baya mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda (Kotre, 1984). Sebaliknya, stagnasi (disebut juga “penyerapan-diri”) berkembang ketika individu merasa bahwa mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya.
Menurut Roger Gould (1975, 1978, 1980, 1994), paruh kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan masa remaja, dengan pengecualian bahwa selama masa dewasa tengah usaha untuk menangani krisis mungkin akan menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat. Dia percaya bahwa dalam usia 20-an, kita menerima peran-peran baru, dalam usia 30-an kita mulai merasa terjepit dengan tanggung jawab kita, dan dalam usia 40-an kita mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu.
Sedangkan menurut Daniel Levinson (1978, 1980) dalam The Season of Man’s Life, usia 20-an sebagai novice phase (fase orang baru) dari perkembangan orang dewasa. Novice phase adalah waktu untuk eksperimentasi yang bebas dan waktu untuk menguji impian di dunia nyata. Kira-kira pada usia 28 sampai 33 tahun, individu mengalami periode transisi dimana ia harus menghadapi persoalan penentuan tujuan yang lebih serius.
Lalu pada usia 30-an, individu biasanya berfokus pada keluarga dan perkembangan karir. Pada tahun-tahun berikutnya pada periode ini, individu memasuki fase Becaming One’s Own Man (atau BOOM, Menjadi diri Sendiri). Sedangkan usia 40, individu telah mencapai tempat yang stabil dalam karirnya dan sekarang harus melihat ke depan pada jenis kehidupan yang akan dijalaninya sebagai orang dewasa usia tengah baya.
Menurutnya, perubahan ke masa dewasa tengah berlangsung kira-kira 5 tahun dan mengharuskan orang dewasa untuk berusaha mengatasi empat konflik utama yang telah ada dalam kehidupannya sejak masa remaja: (1) menjadi muda vs. menjadi tua, (2) menjadi destruktif vs. menjadi konstruktif, (3) menjadi maskulin vs. menjadi feminism, dan (4) terikat pada orang lain vs. terlepas dari mereka.
Tujuh tugas utama di tahun-tahun tengah menurut Robert Havighurst:
• menerima dan menyesuaikan terhadap perubahan fisiologis, seperti menopause
• mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam pekerjaan seseorang
• menyesuaikan diri dan mungkin merawat orang tua penuaan
• membantu anak-anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
• mencapai tanggung jawab sosial dan kemasyarakatan dewasa
• berkaitan dengan pasangan seseorang sebagai pribadi
• mengembangkan kegiatan waktu luang
Sebagai orang dewasa, tidak hanya harus belajar bagaimana bekerja dengan baik, tetapi kita juga perlu belajar bagaimana untuk bersenang-senang dan menikmati waktu luang. Aristoteles mengenali pentingnya waktu luang dalam kehidupan, bahkan menekankan bahwa kita seharusnya tidak hanya bekerja dengan baik, tetapi menggunakan waktu luang dengan baik. Ia pun menggambarkan waktu luang sebagai hal yang lebih baik, karena hal ini adalah akhir dari kerja.
Waktu luang (leisure) merujuk pada waktu yang menyenangkan setelah bekerja ketika individu bebas untuk mengikuti aktivitas dan keinginan yang mereka pilih sendiri. Waktu luang mungkin merupakan aspek penting yang khusus dari masa dewasa tengah, karena perubahan pengalaman beberapa individu pada titik ini berada dalam lingkaran kehidupan orang dewasa. Perubahan meliputi perubahan fisik, perubahan hubungan dengan pasangan dan anak-anak, dan perubahan karir. Bagi banyak individu, masa dewasa tengah adalah saat pertama kali dalam hidup ketika mereka memiliki kesempatan mengembangkan minat mereka.
Membangun dan memenuhi aktivitas-aktivitas waktu luang pada masa dewasa tengah adalah bagian yang penting dari persiapan ini. Jika seorang dewasa mengembangkan aktivitas-aktivitas waktu luang yang dapat dilanjutkan sampai pensiun, peralihan dari kerja ke pensiun mungkin tidak terlalu menyebabkan stress.
Analisis Film “Motherhood” berdasarkan Masa Usia Dewasa Tengah
Eliza K. Welch adalah seorang ibu rumah tangga, ia berusia 35 tahun. Ia termasuk dalam usia masa dewasa tengah. Sebagai ibu rumah tangga ia disibukkan dengan berbagai kesibukan mengurus rumah tangganya, mulai dari berbelanja, membereskan rumah, menyeterika, sampai mengurusi segala sesuatu yang diperlukan kedua anaknya dan suaminya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ericson bahwa tugas perkembangan pada masa dewasa tengah (35-60) yaitu mengembangkan generatifitas, berkomitmen untuk dan merawat generasi berikutnya. Pernyataan ini juga dudukung oleh Mc Adams (1990) bahwa melalui generativitas, orang dewasa mempromosikan dan membimbing generasi berikutnya melalui aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orang tua (parenting), memimpin, mengajar dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Mengutip dari pernyataan Daniel Levinson (1978, 1980), usia 30-an merupakan masa dimana individu biasanya berfokus pada keluarga dan perkembangan karir. Disini Eliza mengalami sedikit tekanan, menurut saya, yaitu dimana ia harus melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga dan di sisi lain ia sebenarnya ingin tetap menulis. Karena itu ia selalu meluangkan waktunya di sela-sela kesibukannya untuk menulis di situs blog miliknya.
Sebagai seorang dewasa, Eliza juga pasti membutuhkan waktu luang (leisure), seperti yang terdapat dalam pernyataan di atas, dimana waktu luang merupakan aspek penting yang khusus dari masa dewasa tengah. Hal ini disebabkan karena perubahan pengalaman beberapa individu pada titik ini berada dalam lingkaran kehidupan orang dewasa. Disini Eliza menyempatkan waktunya untuk dirinya sendiri dengan menulis di situs blog miliknya dan berbelanja bersama sahabatnya, Sheila. Namun sepertinya leisure yang ia miliki tak sebanding dengan kegiatan yang ia lakasanakan, hal ini dapat menimbulkan stress pada diri individu. Kurangnya komunikasi dan waktu bersama suaminya yang sama-sama sibuk sempat membuat kesalahpahaman di antara keduanya. Karena itulah leisure menjadi hal yang sangat penting bagi masa dewasa, bagi Eliza maupun Avery, sang suami.
Lalu pada tahun-tahun berikutnya pada periode ini, individu memasuki fase Becaming One’s Own Man (atau BOOM, Menjadi diri Sendiri), mungkin fase ini terdapat pada akhir film ini, yaitu ketika Eliza sudah memahami dirinya sebagai sosok seorang ibu. Dan ia sudah merasakan kebahagiaan/kepuasan sebagai dirinya tersebut bersama suami dan anak-anaknya yang mencintainya. Melalui keluarganya itulah ia dapat menyelesaikan tulisannya mengenai “motherhood”.