Sabtu, 31 Desember 2011

Psikologi Remaja

Year End Sale: Perilaku Konsumtif Remaja ?

Sekian jam lagi, perayaan Tahun Baru 2012 akan dimulai.. :D
Apa yang akan kalian lakukan untuk merayakannya nanti? Kumpul-kumpul dengan keluarga di rumah? Rekreasi ke pantai, ? mengadakan pesta kebun bersama keluarga dan teman terdekat? atau ,, mungkin shopping bareng temen-temen?
Ya,, disamping merayakannya dengan penuh kegembiraan misalnya meniup terompet atau jalan-jalan ke berbagai tempat, salah satu kegiatan yang tak ketinggalan adalah berbelanja. Menjelang perayaan, pusat-pusat perbelanjaan atau toko-toko swalayan di kota-kota selalu ramai pengunjung. Namun, mengapa ada fenomena bahwa yang umumnya suka berbelanja itu justru para remaja? Dan benarkah belanja punya arti tersendiri bagi remaja? Apakah kegemaran berbelanja itu juga berarti perilaku konsumtif?
Windowshopping, cuci mata, nongkrong di mall ataupun di cafe sudah menjadi rutinitas bagi sebagian besar remaja di perkotaan. Mereka biasanya melakukan rutinitas tersebut bersama peer group mereka. Mereka dapat saling bertukar pendapat tentang perkembangan fashion maupun barang-barang yang lagi in saat itu.
Konsumtif merupakan kata sifat yang memiliki kata dasar “consume” (Inggris), konsumsi (Indonesia). Dengan demikian kata “konsumtif” berarti sifat untuk mengkonsumsi, memakai, dan menggunakan sesuatu secara berlebihan. “Konsumtif” dapat digunakan untuk penggunaan uang, barang, waktu, atau energi. Lebih luas lagi, konsumtif merupakan perilaku mengkonsumsi secara berlebihan dan sebenarnya kurang diperlukan atau mendahulukan keinginan daripada kebutuhan serta menghilangkan skala prioritas. Orang yang konsumtif tidak lagi mempertimbangkan nilai fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan mempertimbangkan prestisenya.  
 Perilaku konsumtif tidak terbatas pada golongan tertentu saja. Konsumtif dapat terjadi pada siapa saja, entah itu laki- laki, perempuan, kaya, miskin, tua maupun muda. Namun pola hidup konsumtif ini cenderung melekat pada diri remaja saat ini. Mulai dari makanan, minuman, pakaian, kosmetik, transportasi, ssampai alat komunikasi. Makanan tidak lagi diukur dari gizi dan manfaatnya, tapi dari gengsi. Pakaian bukan lagi diukur dari segi fungsinya, tapi dari merek dan mode yang lagi ngetren. Handphone tidak hanya cukup dengan fiture SMS atau telepon saja, tapi harus mengikuti perkembangan tipe HP terbaru dengan fiture yang semakin variatif. Gaya hidup seperti inilah (serba mewah dan konsumtif) yang sedang merambah dunia remaja saat ini.
Masa remaja adalah masa perubahan perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, dimana ia sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik secara fisik, psikologis dan sosial.
Remaja merupakan pasar yang potensial bagi banyak produsen dan pihak periklanan. Karena mereka paham akan sifat-sifat remaja yang kebanyakan cenderung bergantung pada emosi dan kurang stabil sehingga mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, kurang realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Selain itu, usia remaja adalah masa dimana para remaja mencari identitas diri mereka. Dan para produsen serta periklanan siap membentuk atau melengkapi identitas remaja tersebut dengan produk mereka. Misalnya ketika remaja mencari identitas kecantikan, produsen siap dengan pesan mereka bahwa ‘perempuan cantik itu identik dengan kulit putih, langsing dan berambut lurus panjang’, sehingga banyak remaja wanita yang berlomba-lomba untuk membeli produk yang dapat memutihkan kulit, melangsingkan, pelurus rambut ataupun melakukan hair extension yang tidak bisa terbilang murah harganya.
Menurut Swastha (1998, h.68), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah faktor rasional dan faktor emosional. Remaja yang berperilaku konsumtif mengutamakan faktor emosionalnya saja, misalnya dengan hanya memperhitungkan gengsi dan prestise. Dan produsen tahu bagaimana memikat pasar, termasuk remaja, untuk membeli produk mereka dengan iming-iming iklan atau diskon, mereka mampu membuat para remaja ini melupakan motivasi fungsional dan cenderung kepada gengsi dan self-esteem mereka.
Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang in. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Akhirnya, muncullah perilaku yang konsumtif tersebut.
Menurut James Marcia, remaja mengalami masa Krisis dan Komitmen. Krisis,   suatu masa perkembangan identitas dimana remaja memilah-milah alternatif-alternatif yang berarti dan tersedia. Sedangkan komitmen adalah suatu bagian dari perkembangan identitas dimana remaja menunjukkan adanya suatu ivestasi pribadi pada apa yang akan mereka lakukan. Seorang remaja yamg konsumtif menunjukkan bahwa sebenarnya ia belum mempunyai skala prioritas karena ia belum mengerti cara mengatur mana yang harus didahulukan dan mana yang masih dapat ditunda.
Selain itu hal yang menjadi pendorong atau penyebab munculnya pola konsumtif remaja yaitu pergaulan (peer group). Sadar atau tidak, berada di lingkungan konsumtif bisa membuat kita juga ikut konsumtif. Obrolan-obrolan orang di sekitar kita, tas, sepatu baru yang dikenakan orang di sekitar kita dapat membuat kita tidak tahan untuk tidak segera belanja.  Remaja adalah masa dimana keadaan emosi anak tidak sedang stabil, mereka masih mencari identitas diri mereka, karena itu mereka cenderung terburu-buru dalam mengambil keputusan dan juga mudah terpengaruh dan termakan tawaran pihak periklanan.
 Cara mendidik orang tua sejak kecil juga dapat menjadi penyebab pola hidup konsumtif  remaja. Jika seorang anak sejak kecil sudah dibiasakan diturutin setiap kemauannya maka ketika remaja ia bisa tumbuh menjadi remaja yang egois dan mengikuti setiap nafsu dan keinginannya.
Lalu faktor finansial atau keuangan, seorang anak yang dibiasakan memegang atau memperoleh uang secara berlebih dan mudah akan lebih besar kemungkinannya untuk menjadi konsumtif ketimbang mereka yang merasakan susahnya memperoleh uang, meskipun saat ini tidak sedikit orang dengan kemampuan keuangan yang pas-pasan tapi bergaya hidup konsumtif. Dan hal ini jelas berbahaya sekali, karena tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan jika berpola hidup konsumtif sedangkan uang mereka sebenarnya pas-pasan. Jika remaja sudah terlanjur terbiasa konsumtif dan kecanduan belanja, bisa saja mereka berbuat yang tidak-tidak, mencuri misalnya, untuk melanjutkan kesenangan dan menjaga gengsi mereka.
Gaya hidup konsumtif sebenarnya sangat merugikan diri sendiri. Mungkin ketika berbelanja kita merasa enjoy, tapi ketika dipikir-pikir ulang kita akan menyesal karena sudah membelanjakan uang kita untuk barang yang tergolong kurang bermanfaat dan mahal. Padahal uang tersebut masih bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.  Karena itu, untuk menghindari gaya hidup konsumtif yang jelas-jelas merugikan diri sendiri ini, yang harus kita lakukan adalah lebih bersikap bijaksana dalam menggunakan uang maupun waktu kita. Mungkin kita bisa memulai dengan membuat skala prioritas kebutuhan, dengan menyusun daftar kebutuhan dari yang paling mendesak sampai yang masih bisa ditunda dan disesuaikan dengan pemasukan kita. Dan juga dengan menjauhi sifat gengsi pada teman-teman dan lebih menghargai diri sendiri. Kita tidak harus menggunakan barang yang mahal untuk dapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain.
Daftar Pustaka
-         Materi kuliah Psikologi Remaja Dosen : Ari Pratiwi, S.Psi M.Psi
-         Tambunan. Raymond, 2001. Remaja Dan Perilaku Konsumtif. Jakarta : Artikel

Jumat, 02 Desember 2011

Psikologi Remaja

ANALISIS FILM “GRIDIRON GANG”
BERDASARKAN TEORI PERKEMBANGAN REMAJA

REVIEW FILM:
Film Gridiron Gang dibintangi oleh Dwayne “The Rock” Johnson dan Xzibit. Film ini berdasarkan pada kisah nyata. Film ini berkisah tentang kondisi sosiologis di Amerika Serikat beberapa tahun lampau dimana lebih dari 120.000 remaja AS usia antara 16-20an tahun dipenjara di Penjara Anak, Camp Kilpatrick, Amerika Serikat.
Sebelum Sean Porter (Dwayne "The Rock" Johnson) dan Malcolm (Xzibit) membuat gebrakan baru dalam penanganan pada tahanan Camp Kilpatrick, para pelaku kriminal di Camp Kilpatrick ini diperlakukan seperti halnya di penjara anak-anak lainnya. Dengan peraturan yang sangat ketat, dimana mereka selalu diposisikan sebagai sosok bersalah dan harus menerima hukuman atas kesalahannya. Dan akhirnya, hidup mereka seringkali berpindah-pindah dari penjara satu ke penjara lain, dan setelah keluar dari penjara kembali lagi ke genk mereka dan terus berpindah dari kejahatan satu ke kejahatan yang lain yang berujung pada kematian. Namun setelah Porter memutuskan membuat rencana untuk mengajarkan disiplin dan tanggung jawab melalui permainan football dan menunjukkan kemampuan mereka, sediki demi sedikit keadaan berubah.. Para penjahat kecil tersebut diberi kesempatan untuk membuktikan diri mereka bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, tetapi sebuah mutiara hitam yang belum terasah. Beberapa penghuni Camp dipilih untuk dilatih menjadi pemain football dalam sebuah tim ‘Mustang’. Tapi hanya ada waktu 4 minggu sebelum mulai musim yang baru, Porter harus berusaha keras membentuk tim yang kompetitif. Mereka diberi bekal motivasi melalui olahraga. Mereka dididik memiliki solidaritas dalam sebuah tim dengan cara yang lebih tepat. Mereka diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Dari sini, mereka belajar merasakan kegagalan, kekalahan, kesedihan, dan kekompakan yang sebenarnya.
Dalam tahun pertama uji coba program pelatihan football di dalam penjara tersebut, menghasilkan sebuah data statistik yang cukup bagus. Meskipun tidak bisa menghapus kenakalan remaja secara menyeluruh, program tersebut menuai sebuah kesuksesan yang diharapkan mampu menurunkan tingkat kenakalan remaja.
Salah satu diantara mereka, Junior Palaita, setelah keluar dari penjara, ia bekerja di sebuah perusahaan furniture. Selanjutnya, Kelwin Owens adalah contoh alumni tim yang kemudian melanjutkan sekolah di SMU Washington setelah keluar dari penjara. Di sana ia bermain sebagai anggota tim football setempat. Kenny Bates melanjutkan sekolah dan tinggal rukun bersama ibunya setelah sebelumnya mengalami broken home. Leon Hays yang sebelumnya punya pendapatan sebagai bandar narkoba dengan pendapatan uang 5-10 kali lipat dari gaji sipir penjara tiap bulannya, berusaha menghindari narkoba dengan masuk SMU Dorsy dan bermain untuk sekolahnya. Sedangkan diantara yang kembali ke penjara adalah Miguel Perez dan Donald Madlock. Dan yang paling membuat sedih adalah Bug Wendel yang merupakan anggota mantan tim football Camp Kilpatrick paling muda yang masuk penjara karena menjambret dan menusuk seorang ibu di jalan, selepas keluarnya dari penjara, tewas dalam sebuah penembakan di Compton. Lalu yang paling istimewa dari tim tersebut, Willie Weathers, yang masuk penjara karena membunuh ayahnya, pada akhirnya mendapatkan beasiswa penuh untuk bermain football di sebuah sekolah asrama ternama. Ia sudah meninggalkan dunia genk-nya.
TEORI PERKEMBANGAN REMAJA
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.
Pada usia tersebut, tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
-    Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
-        Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
-         Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif
-         Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
-         Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
-         Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
-         Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga
-         Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara
-        Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
-      Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku (Havighurst dalam Hurlock, 1973).
Namun tidak semua remaja mampu melewati dan menjalani tugas perkembangan tersebut dengan baik. tidak dapatnya remaja dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya inilah yang memicu munculnya permasalahan serta kenakalan pada remaja tersebut.
Permasalahan yang dihadapi remaja salah satunya adalah penggunaan alkohol dan obat terlarang. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas terhdp kelompok/teman , adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi serta pengaruh sosial dan interpersonal, termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
Menurut C. Zastrow (1982), kenakalan remaja adalah label perilaku-perilaku, seperti menjauh atau menghindar dari sekolah, dari rumah yang bermasalah, dari situasi rumah yang bermasalah, dari situasi rumah yang membosankan, dari orang tua yang menelantarkan, dari  kebosanan, dari kesulitan diri, dari kehidupan yang sulit, dari rumah yang tidak bahagia,  dan dari kesulitan yang satu ke kesulitan yang lain
Sedangkan pada usia remaja, tugas perkembangan yang utama adalah pencarian identitas diri. Menurut teori Erikson ”Identitas dan kebingungan identitas (identity versus identity confusion)” yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.
Menurut James Marcia, status identitas pada remaja ada empat, yaitu identitas diffusion, identitas foreclosure, identitas moratorium, dan identitas achievement.
Status identitas diffusion diperoleh remaja apabila remaja tersebut belum pernah mengalami krisis sehingga belum membuat komitmen. Status identitas foreclosure adalah status identitas untuk remaja yang walaupun belum pernah mengalami krisis, tetapi ia sudah mampu membuat komitmen. Sedangkan Identitas moratorium, adalah dimana seorang remaja sedang berada dalam krisis, tetapi belum membuat komitmen. Dan untuk remaja yang telah mengalami krisis dan telah membuat komitmen, ia memiliki status identitas achievement.
Krisis yang dialami remaja dalam hal ini adalah suatu masa perkembangan identitas dimana remaja memilah-milah alternatif-alternatif yang berarti dan tersedia. Sedangkan komitmen adalah suatu bagian dari perkembangan identitas dimana remaja menunjukkan adanya suatu ivestasi pribadi pada apa yang akan mereka lakukan.
ANALISIS FILM :
Film Gridiron Gang adalah salah satu film yang menceritakan permasalahan yang dialami oleh remaja. Pada film ini terlihat bahwa kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak baik adalah pencetus munculnya permasalahan pada diri remaja. Perkembangan sosial, emosional dan kepribadian ditunjukkan dengan adanya gender dengan budaya laki - laki yang mempertahankan genk nya sehingga menimbulkan kesenjangan sosial negatif.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Santrock mengenai beberapa alasan yang menyebabkan remaja melakukan kekerasan, dalam film ini yang paling mempengaruhi adalah "Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua", yang didukung juga oleh C. Zastrow, hal ini adalah faktor utama yang menyebabkan para remaja tersebut melakukan kenakalan.
Dalam film ini diceritakan, Willie Weathers, ia masuk ke dalam penjara karena membunuh ayahnya sendiri. Adapun alasan ia membunuh ayahnya adalah karena perilaku ayahnya yang sering melakukan kekerasan pada ibu termasuk dirinya. Ayahnya pun juga memberikan label yang tidak baik pada Willie dengan mengatakan ia anak yang tidak berguna. Dengan banyaknya tekanan dari teman-temannya (sebelumnya diceritakan bahwa Willie ditugaskan oleh genknya untuk membalas dendam atas kematian saudara sekaligus teman satu genknya) dan ditambah tekanan dari permasalahan keluarganya, membuat Willie berani untuk membunuh ayahnya. Kondisi keluarga yang tidak baik dan didukung oleh lingkungan peer-group yang juga tidak baik, sangat terlihat sebagai pemicu bagi seorang anak untuk melakukan tindakan kekerasan bahkan kejahatan, terutama pada remaja. Orang tua Willie menjadi salah satu krisis dalam perkembangan identitasnya. Saat menjadi anggota genk, ibunya cenderung membiarkannya. Tetapi setelah Willie menembak mati teman pria ibunya didepan adiknya, ibunya memilih untuk meninggalkan Willie dan tinggal jauh darinya. Tidak adanya peran ayah juga sangat mempengaruhi perkembangan identitas Willie sehingga ia mengalami banyak krisis. Namun setelah bertemu dengan Porter, pengurus penjara anak-anak dan sekaligus pelatih footballnya, Willie mulai mendapatkan pencerahan dalam perkembangan identitasnya dan mendorongnya sehingga Willie memiliki status identitas achievement. Dimana pada akhirnya Willie berani untuk berkomitmen dan setelah keluar dari penjara ia tidak lagi bergabung dengan genknya dan memutuskan untuk berkarir di dunia olahraga football Amerika. Seperti halnya yang dialami Junior, ia telah menyadari kesalahannya selama ini, ia lelah menjadi seorang pecundang dan akhirnya ia berkomitmen pada dirinya untuk memperbaiki diri demi orang-orang yang ia sayangi terutama keluarganya.
Lalu dalam film ini diceritakan pula, Kenny Bates yang mengalami broken home dan tidak akur dengan ibunya yang menunjukkan pemberontakkannya dengan cara mencuri. Dari hal tersebut bisa dilihat bahwa keluarga sangat berperan besar bagi perkembangan seorang anak yang nantinya akan membentuk kepribadian mereka. Namun adanya dukungan dari orang tua dan lingkungan yang baik, dapat membantunya untuk mulai bisa menentukan karir atau perilaku seperti apa yang harus ia ambil dan ia jalani. Semakin mereka mencoba berbagai peran, maka mereka semakin tau masa depan yang harus mereka ambil. Seperti yang di alami Kenny, ia akhirnya meneruskan menjadi pemain football setelah keluar dari penjara karena mendapat dukungan dari ibunya.
Dalam film ini Sean Porter memiliki andil yang sangat besar, dimana ia membentuk identitas tiap – tiap remaja di Camp tersebut, agar mereka bisa berubah dari seorang pecundang (seperti yang selama ini mereka pikir) menjadi seseorang yang berguna dan mempunyai harga diri. Karena dengan adanya dukungan positif dari lingkungan, akan mengarahkan remaja pada pribadi yang positif pula.
Sekian ,, trima kasiih... (^.^)